
Judul: Melukis
pengarang: Seribu Sukma X Dwi Pujo Santoso, Mila Laila, dkk
Halaman: 119
Jenis Kertas: Book paper
Blurb:
Satu lukisan menarik perhatian Sania, lukisan yang indah menghipnotis matanya. Lukisan yang berhasil membuatnya terkesima sekaligus menangis tersedu-sedu. Sania memperhatikan detail lukisan dan membaca pesan di bawahnya “Aku berhasil melukis manusia, dia adalah inspirasi terindah yang pernah ku temukan. I miss you dear” (Pelukis: Rasya Anggara)
Arbaiyah
“Dialah yang menghancurkah hidupku” gadis kecil itu sangat marah.
Rul Ramadhan
Nenek tersenyum lembut, matanya berbinar seolah menyimpan ribuan cerita di balik senyumannya. “Ketika aku melukis, aku merasa seperti menyusuri jalan kembali ke masa lalu, mengenang momen momen indah yang pernah kulalui. Setian sapuan kuas adalah lembaran hidupku yang terpampang di hadapanku. Aku bisa merasakan aroma bunga di halaman rumahku semasa kecil, atau bahkan suara tawa teman-temar masa kecilku. Melukis membuatku merasa hidup lagi.”
Dwi Pujo Santoso
“Bu, mau beli? Sapu nya sepuluh ribu saja,” tawar bapak penjual perabotan. Ingin sekali Bu Ningsih membeli, tapi yang ia butuhkan saat ini hanya kuas untuk melukis bukan sapu apalagi pengki.
Fadilatur Romadhon
Jonathan merupakan salah satu sosok yang sangat menghargai hubungan, baik itu persahabatan, ikatan kekeluargaan, maupun interaksi di bidang sosial. la selalu menjaga kedekatan dengan hubungan hubungan yang ia jalin. Kerap dianggap sebagai dewa penolong oleh tetangganya, karena tidak pernah menolak untuk membantu ketika mereka membutuhkan. Bagi Jonathan, menolong orang yang membutuhkan pertolongan merupakan sikap amal yang tumbuh dalam hidup berperikemanusiaan. Oleh karena itu, ia sangat disayangi oleh orang-orang di sekitarnya.
Hanss Harsel
Dubadubadu tolong gadis cantik~
Dubadubadu jangan merasa sakit~
Dubadubadu pergi saja sedih dan gundah~
Dubadubadu gadis cantik tak boleh sedih~
Mantera itu tidak bekerja sayang.
Mila Laila
“Tulis satu harapanmu di masa depan! Kalau udah ini jadi punya kamu” Aku yang bingung pun berpikir untuk apa ia memberikan pena ini. Tapi di luar dugaan ia mengajakku keluar dan ingin aku memegang sebuah bola yang kutahu ini adalah bola voli.
Riefqotunnurul
Aku adalah contoh yang aku gambar sendiri, aku adalah objek, subjek dan entah apapun yang menyebutkannya, aku adalah kita yang menatap sama di hadap cermin, aku adalah kamu, kamu adalah aku. Dan segala apapun yang kita punya, semoga diri yang lain tidak mengetahuinya.
Stefanni Gracia Putri A